Seorang shufi berkata, “Manusia
itu ada tiga macam, ada manusia yang sempurna, ada yang kurang sempurna, ada
yang tidak sempurna sama sekali.
Adapun manusia yang sempurna adalah seorang
yang berakal dan mau bermusyawarah dengan orang lain. Sedangkan manusia yang
setengah sempurna adalah seorang yang mempunyai pendapat dan ia tidak mau
bermusyawarah dengan pihak lain. Adapun seorang yang tidak sempurna sama sekali
adalah seorang yang tidak mempunyai pikiran dan tidak mau bermusyawarah dengan
orang lain.”
Yang dimaksud manusia yang sempurna dalam hal ini, adalah dalam segi
kesempurnaan akal. Maka kesempurnaan akal itu tergantung apa ia masih bersedia
membuka diri untuk bermusyawarah dengan orang-orang yang lebih ahli di bidangnya
dan dapat dipercaya, hingga bisa menambah keyakinan terhadap
keputusannya.
Tentunya memilih orang-orang kepercayaan itu juga harus selektif, bukan
bermusyawarah dengan pihak yang sekedar dikenal secara zhahir, lantas
dilibatkan dalam bermusyawarah untuk sebuah kemaslahatan, karena ada di
kalangan masyarakat itu yang ikhlas memberikan nasehat kebaikan, namun tak
jarang pula ada orang yang memiliki sifat iri dan dengki yang selalu berusaha
menjerumuskan orang lain ke dalam kehinaan.
Ada juga seseorang yang sifatnya setengah sempurna, hingga lebih mengutamakan
pendapat pribadinya, tanpa mau bermusyawarah dengan pihak lain yang lebih ahli
pada bidangnya, demi mendapatkan hasil pemikiran yang lebih matang dan
bermanfaat.
Sungguh sayang sekali orang yang memiliki sifat seperti ini, karena sekalipun
ia mempunyai banyak harapan dan keinginan, maka perkembangannya menjadi
tsagnan dan tidak akan mudah berkembang untuk lebih
maju.
Namun yang lebih parah lagi adalah orang yang tidak memiliki pikiran sama sekali,
alias otaknya bebal. Di samping akalnya tidak dapat dikembangkan dan ia juga
enggan untuk bertanya atau bermusyawarah dengan orang lain. Maka pada tipe
yang terakhir ini
ibarat seseorang yang berotak kerbau sekalipun ia bertubuh
manusia.
Termasuk tipe orang yang berotak kerbau khusus di bidang keagamaan adalah, apa
yang dikatakan dalam syair, yang artinya:
“Wahai anakku sesungguhnya ada orang yang seperti binatang ternak dalam rupa
manusia yang bisa mendengar dan melihat.
Dia sangat cerdik jika ada musibah menimpa hartanya, namun jika ada musibah
yang menimpa agamanya dia tidak peduli sama sekali”
Astagfirullah
Semoga Bermanfaat
0 komentar:
Post a Comment